Mohammad Abdus Salam (1926-1996) adalah seorang fisikawan dan satu-satunya penerima hadiah Nobel dari Pakistan. Lahir di Jhang, Punjab, Pakistan, Abdus Salam menempuh pendidikan S1 dan S2-nya di Universitas Punjab sebelum memperoleh beasiswa ke Universitas Cambridge. Di sana, dia mendapatkan gelar BA dengan double first-class honours di bidang fisika dan matematika pada tahun 1949. Pada tahun 1950, Abdus Salam memenangkan Smith's Prize dari Universitas Cambridge untuk the most outstanding pre-doctoral contribution to physics.
Abdus Salam menyelesaikan studi doktoralnya di bidang fisika teori (elektrodinamika kuantum) di universitas yg sama. Sejak sebelum disertasinya komplit, karya-karya ilmiah Abdus Salam telah dikenal di dunia internasional. Pada tahun 1958, Abdus Salam mendapatkan Adams Prize dari Universitas Cambridge sebagai first-class international researcher di bidang matematika. Pada usia 33 tahun, di tahun 1959, Abdus Salam menjadi salah satu anggota termuda Fellow of the Royal Society.
Ada 2 hal yang sangat menarik tentang tokoh yang satu ini. Yang pertama adalah sumbangannya terhadap kemajuan sains di negara berkembang, termasuk di negaranya sendiri, Pakistan.
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Abdus Salam kembali ke Pakistan dengan tujuan mendirikan sekolah berbasis riset. Selama tahun 1951-1954, Abdus Salam mengajar matematika di Government College, Lahore, dan menjadi kepala departemen matematika di Universitas Punjab. Karena ternyata tidaklah mungkin mengejar karir riset di bidang fisika teori di Pakistan, Abdus Salam kemudian menerima tawaran mengajar dari Universitas Cambridge. Pada tahun 1957, Abdus Salam menjadi profesor bidang fisika teori di Imperial College, London. Di sana dia bertahan hingga masa pensiunnya.
Selama berkarya di luar negeri, Abdus Salam beberapa kali kembali negara asalnya, Pakistan, sebagai penasihat kebijakan sains. Abdus Salam berperan penting dalam pembentukan Pakistan Atomic Energy Comission (PAEC) dan Space and Upper Atmosphere Research Comission (SUPARCO), lembaga riset atom dan ruang angkasa Pakistan. Juga dalam pembentukan superior science colleges di seluruh Pakistan yang bertujuan memajukan sains di negara tersebut.
Salah satu sumbangsih penting Abdus Salam terhadap negara berkembang adalah pembentukan International Centre for Theoretical Physics (ICTP) dengan program "Associateships"-nya. Melalui program ini, fisikawan-fisikawan muda dari negara berkembang bisa mendapat kesempatan selama 9 bulan untuk melakukan riset dan bersentuhan dengan komunitas internasional di Trieste. Abdus Salam juga mendirikan TWAS atau The Academy of Sciences for the Developing World yang juga bertujuan memajukan dan memfasilitasi sains di negara berkembang.
Abdus Salam menggunakan uang yg didapatnya dari penghargaan Atoms for Peace Medal and Award sebagai dana awal program Associateship ICTP dan membiayai fisikawan-fisikawan muda dari Pakistan untuk mengunjungi Trieste. Hadiah uang yang diterimanya dari penghargaan nobel sama sekali tidak digunakan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya, tapi seluruhnya dihabiskan untuk kepentingan ilmuwan-ilmuwan dari negara berkembang.
Hal kedua yang sangat menarik dari tokoh ini adalah ketaatannya sebagai seorang Muslim. Abdus Salam adalah anggota Ahmadiyya Muslim Community. Dalam pidato penerimaan hadiah nobelnya, Abdus Salam mengutip ayat Qur'an sebagai berikut:
"Thou seest not, in the creation of the All-merciful any imperfection, Return thy gaze, seest thou any fissure. Then Return thy gaze, again and again. Thy gaze, Comes back to thee dazzled, aweary." Yang kemudian dilanjutkan dengan: "This, in effect, is the faith of all physicists; the deeper we seek, the more is our wonder excited, the more is the dazzlement for our gaze".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar